PERIODE MATARAM

1587 - 1755

Setelah terkubur abu Gunung Merapi sekian abad, Mataram menggeliat kembali di paruh akhir abad ke-16. Ki Ageng Pemanahan mendapatkan hadiah alas Mentaok dari Hadiwijaya karena jasa-jasanya pada Pajang. 

Berawal dari wilayah kecil di tengah hutan belantara, perlahan-lahan Mataram meluaskan wilayahnya. Panembahan Senopati menegaskan kekuasaan Mataram atas Jawa, dan Sultan Agung menghantarkan Mataram pada puncak keemasannya. Di masa Sultan Agung, meskipun Mataram dua kali gagal menaklukkan Benteng VOC di Batavia pada tahun 1627 dan 1629, ia tidak membuat kemegahan Mataram luntur. Sultan Agung mengubah orientasi Mataram pada pengembangan seni dan budaya. 

Setelah Sultan Agung wafat dan dimakamkan di Pajimatan Imogiri, kekuasaan Mataram perlahan-lahan menurun. Selama kurang lebih 100 tahun Mataram dilanda prahara silih berganti. Prahara yang ditunggangi oleh kepentingan dagang dan politik VOC ini membuat Mataram terpecah-pecah. 

Hingga akhirnya Pangeran Mangkubumi memimpin perlawanan pada kesepakatan-kesepakatan VOC yang membelenggu raja-raja Jawa. Perjanjian Giyanti pada 1755 mengakhiri konflik yang berkepenjangan di Jawa, menandai era baru dua kerajaan di Jawa, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta.



© All Right Reserved.
  • Privacy Policy
  • Term Of Use