Tentu saja ada proses yang cukup panjang dan berliku yang ada di balik kerja Diorama Arsip Jogja dari DPAD DIY ini. Akan tetapi ada satu hal yang semoga saya mendapat perkenan pembaca untuk memberi garis bawah, ialah keberanian berimajinasi. Ada ratusan orang yang terlibat dalam pengerjaan Diorama Arsip Jogja ini dan semua kerja itu digerakkan sejak awal oleh adanya keberanian dan imajinasi. Demi kejelasannya mari kita ikuti sejumlah jejak perjalanan proses kerja tersebut dalam urutan waktu.
Empat tahun yang lalu, tatkala tugas itu diterima, belum ada gambaran pasti tentang hal yang akan dikerjakan. Dua hal yang ada sebagai syarat awal untuk bekerja, yaitu syarat teknis dan syarat idealisme.
Syarat pertama yang bersifat teknikalitas merupakan standar minimal yang dimiliki tim konsultan untuk memulai bekerja. Namun masih diperlukan syarat yang bersifat non-teknis dan sifatnya mendasar untuk sebuah kerja napas panjang yang digarap dalam batasan waktu yang tersedia.
Di sini muncul syarat kedua, yaitu Idealisme. Pada babak awal ditentukanlah batasan-batasan umum, baik yang menyangkut mengenai pengertian diorama kearsipan maupun tentang batasan periodik mengenai Yogyakarta, dari periode Mataram sampai dengan Yogya Istimewa. Pada bagian ini idealisme mulai beroperasi. Istilah Mataram dapat ditempatkan pada beberapa kemungkinan periodisasi. Akan tetapi dengan berbagai pertimbangan lalu dipilihlah periode yang bermula dari Panembahan Senopati. Pilihan tim konsultan ini lebih digerakkan oleh imajinasi ideal, sekaligus tetap masih mampu dikerjakan. Sedangkan kemungkinan untuk mengundurkan batas waktu hingga periode Mataram Lama harus ditepis mengingat terbatasnya waktu kerja dan akses pada arsip-arsip yang akan dikerjakan.
Pada tahap berikutnya ditetapkan kegiatan penyusunan suatu kronologi peristiwa dan desain kerja secara terinci.Dipastikan pula jangka waktu penggarapan beserta lokasi pengerjaan proyek tersebut. Dalam batasan waktu dan ruang tersebut kemudian imajinasi tentang Mataram didaratkan. Dengan demikian terdapat sejumlah tonggak imajinasi historis-arsip beserta visualisasinya, yang ditempatkan pada area yang tersedia di Gedung Depo Arsip DPAD DIY, dan kemudian diperinci pada beberapa lapis pengerjaan, dari ruang yang ditempati, peralatan yang diperlukan, hingga visual dan arsip dari periode/peristiwa/tokoh yang dibahas.
Akhirnya, terumuslah Diorama Kearsipan dari Periode Mataram sampai dengan Yogya Istimewa, sebuah rentang periode sejarah 430 tahun yang disajikan dalam 18 ruang dengan tema yang beragam, dan diikat oleh dua hal yang mendasar, yaitu: (a) Yogya Istimewa, dan (b) Yogya Bangkit. Yogya Istimewa dan Yogya Bangkit menjadi kata dasar atau kata kunci dalam membangun imajinasi diorama kearsipan itu. Kekhasan dan detail dari rentang periode panjang 430 tahun ditempatkan di situ. Hal ini juga yang memungkinkan untuk berani memutuskan pembagian/ penempatan 18 ruang dengan berbagai relasinya antara satu dengan yang lain. Kecocokan basis intelektual, keberanian mencari dan mengolah data, menemukan dokumen pendukung, dan kebiasaan mengolah data dan dokumen yang ada melalui diskusi, merupakan modal di dalam proses pengerjaan proyek itu. Terdapat bulan-bulan kerja keras yang diwarnai ketegangan antara target untuk memberikan hasil yang terbaik dengan ketersediaan waktu yang terbatas, akan tetapi dinamika tersebut dapat diimbangi melalui kerja sama dan kerelaan hati orang-orang yang terlibat.
Pada babak pelaksanaan mulai bekerjalah para seniman dan pekerja lintas keahlian. Dapat disebutkan sebagai misal, didatangkannya seorang ahli kehutanan yang membantu mengurai, memahami, dan memvisualkan istilah alas mentaok dengan segala kehidupannya. Pengetahuan yang dibagikan dalam dialog kepakaran seperti itu telah meletakkan dasar kerja bagi tim pelaksana. Bahkan hal tersebut memungkinkan keberanian untuk menempatkan imajinasi tentang Mataram jauh ke belakang hingga periode maha pralaya di milenium silam saat letusan dahsyat gunung berapi telah menggiring pusat kekuasaan beralih ke arah tanah Jawa bagian timur.
Dari titik pengetahuan seperti itulah diorama kearsipan kemudian ditarik dan dihadirkan dalam beragam arsip dengan berbagai wujud penampilannya. Pada akhirnya semua tersaji sebagai Diorama Arsip Jogja ini. *Salah satu anggota Tim Teknis pada pembuatan Diorama Arsip Yogyakarta, DPAD DIY. Anggota Dewan Kebudayaan DIY. Staf Pengajar dan Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.